Out Now: pewee in the garage – trOIs et MOIs

Kamar tidur adalah sebuah batas. Batas antara dua buah ruang. Antar publik dengan privat. Dalam langgam arsitektur Jawa, kamar menempati bagian paling dalam. Bagian yang tak sembarang tamu bisa menyelinap masuk. Saking privatnya, bahkan dibuatkan semacam sekat khusus untuk menghindari tamu nakal main selonong. Bagian yang disebut dalem ageng tadi merupakan kamar tidur si empunya rumah serta sebuah bilik tempat pemujaan kepada Dewi Sri. Pun begitu dengan rumah adat Sunda. Ada garis batas bernama pangkeng antara teritori tamu dengan wilayah kekuasaan tuan rumah. Area dalam pangkeng merupakan kamar tidur bagi seluruh penghuni rumah. Maka tidak heran jika kamar merupakan bagian yang paling intim. Kepribadian seseorang bisa dilihat dari bagaimana kamar tidurnya serta apa yang mengisinya. Bagi saya pribadi, kamar merupakan bagian rumah dimana saya menjadi diri yang paling “saya”. Di kamar, setelah menutup rapat pintu, saya bebas melakukan apapun, dari yang baik sampai yang masuk kategori vivere peri closo, menyerempet bahaya. Namun semuanya berubah ketika kaki melangkah keluar. Saya dihadapkan pada berbagai macam aturan, kesepakatan, serta negosiasi dalam unit keluarga yang sedikit banyak “membatasi” ruang gerak saya. Maka saat Liam Gallagher berteriak , “So I’ll start a revolution from my bed”, saya mengamini. Imajinasi, angan, juga keliaran akhirnya menemukan ruang yang sepadan bernama kamar tidur.

Boleh jadi karena kamar tidur pula Pewee In The Garage bisa bebas menjelajahi tiap jengkal pengembaraan musikal. Sebentar, mungkin anda agak terganggu dengan namanya. Tak apa, saya pun merasakan juga. Tapi tampik saja soal nama tadi. Dengan embel-embel bedroom musician, proyek solo dari perempuan yang ingin dirahasiakan sosoknya (maklum, sedang di kamar) ini enak saja melempar kita dari latar yang satu ke latar yang lain. Saya dengarkan track berjudul Orasi Bisu. Saya seperti digiring masuk dalam pusaran waktu peralihan kehidupan sosial politik tahun pasca Orde Lama ketika situasi seperti dalam film horor. Batas antara kawan dan lawan menjadi abu-abu. Tak ada yang bisa memastikan apakah hari esok masih bisa melihat matahari terbit. “Coba geser mimbarmu biar terlihat mayat-mayatnya yang kau panggil teman sebelum cuci tangan dengan darah mereka…”. Kawan sepadan untuk Tantang Tirani-nya Tika and The Dissidents. Tapi sejurus kemudian saat pemutar musik digital saya berganti ke track berjudul Amor, saya seperti dibawa ke prom night SMA zaman mutakhir. Penuh remaja-remaja tanggung berhahahi. Lampu disko berputar tiada henti. Sementara diam-diam ada yang ingin mengutarakan hasrat terpendam selama tiga tahun hampir busuk dipendam.

Sisanya lebih baik didengarkan sendiri. Imajinasi anda terlalu berharga untuk tunduk dari tulisan sok tahu ini. Namun saya ingin menggarisbawahi. Apa yang dilakukan oleh Pewee In The Garage adalah sebuah penghargaan setimpal untuk sebuah ruang sakral bernama kamar. Jauh lebih bernilai ketimbang dua remaja putri yang bernyanyi palsu sambil melakukan gerakan aneh di depan webcam. -Fakhri Zakaria


Cat: Hujan020
Artist: pewee in the garage
Title: trOIs et MOIs 
Type: EP
Published by Hujan! Rekords, 17 Juli 2011.


TRACK LIST:
1. Hujan Nada (Feat. Asyraful Umam)
2. Close to You (Feat. Xamido)
3. Sinopsis
4. Berbeda Warna (Feat. Nartzco)
5. Sick & Insane
6. Letting Go (Feat. Reza Fantasy)
7. Amor (Feat. Xamido)
8. Orasi Bisu (Feat. Rivelrino)


LINK UNDUH:

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...